Yang pertama: “Fatiil“
Fatiil adalah benang tipis pada biji kurma yang terletak di sepanjang belahan biji kurma.
Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلاً
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” (QS. An-Nisaa’: 49)
Yang kedua: “Naqiir“
Naqiir adalah lubang atau noktah kecil yang terletak di bagian belakang biji kurma.
Allah berfirman:
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتَ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَـئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلاَ يُظْلَمُونَ نَقِيراً
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shalih, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An-Nisaa’: 124)
Yang ketiga: “Qithmiir“
Qithmiir adalah selaput berwarna putih yang melingkupi biji kurma.
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ
Artinya: “Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit biji kurma.” (QS. Faathir: 13)
Baik fatiil, naqiir maupun qithmiir, semuanya menunjukkan makna yang serupa yaitu sesuatu yang sangat kecil dan sepele.
Sumber: (Tafsir Ibnu Katsir, surat An-Nisaa’: 124)
Subhaanallaah, betapa tingginya balaghah Al-Qur’an. Untuk mengungkapkan sesuatu yang remeh dan sepele, tidak cukup menggunakan sebuah benda yang kecil, tetapi menggunakan bagian-bagiannya yang lebih kecil lagi. Allaahu akbar.
Penulis: